Assalamualaikum...........................
Hai..hai... aku disini
yach.... hihihi
anu
aku kan sebenarnya mau share entri aku. tapi berhubung putus ide terpaksa aku
harus ngedraf dulu. hemm... belum ada waktu mau nge-share yasudah. aku share
tentang "DETIK-DETIK KEMATIAN
SOEKARNO" aja gapapa kan mumpung menuhi entri aja wkwkwk :D
masih ingat gak ya, jaman
doeloe presiden pertama kita Pak Soekarno itu lho.....ini muka ketje beliau ^^
tau kan siapa Presiden pertama :D |
nah tau sejarahnya gak?????
silakan googling sana, tuh banyak, bisa dibaca deh. atau silakan ubek-ubek buku
pelajaran IPS atau sejarah yang dipake sekolah. Tuh lengkap dan tinggal dibaca
aja. jangan malas. soalnya ini adalah sejarah bener-bener ada dijaman dulu
daripada jaman sekarang dan yang aku bahas sekarang adalah detik-detik
kematian. silakan di baca ya monggo.....
"Jakarta,
Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi
tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di
beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas
keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga
pelataran parkir.
Sedari pagi,
suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden
Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso
yang hanya berjarak lima kilometer.
Malam ini
desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk
ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah
beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu
pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi.
Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan
tubuhnya.
Lelaki yang pernah
amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero
jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah
gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda
bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi
bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir
jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup
rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua
tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek
lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
Sang Putera Fajar
tinggal menunggu waktu
Dua hari kemudian,
Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi
ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka
matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan
didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.
“Pak, Pak, ini
Ega…”
(Senyap)
Ayahnya tak
bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang
telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan
sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran
Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah
ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah
untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.
Melihat kenyataan
itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini
menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan.
Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah
keluar.
Jarum jam terus
bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan
senjata.
Malam harinya
ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia koma. Antara hidup dan mati. Tim
dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
Keesokan hari,
mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini.
Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan
sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno
berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata
lemah.
“Hatta.., kau di
sini..?”
Yang disapa tidak
bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui
jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik
hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum
menghibur.
“Ya, bagaimana
keadaanmu, No ?”
Hatta menyapanya
dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan
Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada
orang yang sangat dihormatinya ini.
Bibir Soekarno
bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa
Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu
dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?
Hatta memaksakan
diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
Soekarno kemudian
terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan
seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu
mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta
ikut menangis.
Kedua teman lama
yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta
tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan
lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang
dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang
tidak punya nurani.
“No…” Hanya itu
yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya
bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.
Jauh di lubuk
hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak
bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak
bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang
demikian erat dan tulus.
Hatta masih
memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.
Jarum jam terus
bergerak. Merambati angka demi angka.
Sisa waktu bagi
Soekarno kian tipis.
Sehari setelah
pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot.
Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya
terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya.
Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina,
hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
Minggu pagi, 21
Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan
seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter
Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang
telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.
Dengan sangat
hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa
kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan
dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat
lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno
menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk
membuka.
Tubuhnya tergolek
tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.
Situasi di sekitar
ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang
biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu
mencekam. Sekaligus menyedihkan.
Dunia melepas
salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang
menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno
adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali
dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.
Dokter Mardjono
segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama
kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.
Kini telah tiada
lagi manusia yang bisa membuat dunia terdiam dengan perkataannya, tidak ada
lagi singa yang sangat ganas. Betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang
dialami Soekarno. Terima kasih wahai Bung Karno karena telah membuat rakyat
indonesia dapat terbebas dari penjajahan yang amat pedih. Jasamu tak akan
pernah dilupakan. Dan terima kasih Allah karena engkau telah menciptakan
manusia terhebat di negara kami. Selamat jalan wahai Singa Mimbar.
Semoga ALLAH
mengampuni dosa beliau, melapangkan kuburnya, dan mudah-mudahan ada generasi
penerus bangsa yang bisa menampilkan sosok Soekarno, dan bahkan lebih baik
darinya. Aamiin"
ini aku dapat dari
fanpage Strawberry gak tau deh sumber asli darimana?
mungkin ambil dari buku pelajaran IPS/Sejarah pasti nemu deh, supaya kalian
semua tau sejarahnya doeloe dan bisa memotivasi generasi penerus bangsa kita
untuk jaman sekarang harus lebih baik. MERDEKA!! #Padahal belum merdeka
kaleeee..
udah dulu ya, udah
malem ane mau tidur hehe.. bye Wassalamualaikum.................... ^^
0 komentar:
Posting Komentar
`Silakan berkomentar apa saja yang penting mengandung hal-hal yang positif, sopan dan menjaga etika blog saya.
`spam! SARA! NEGATIF THINKING! DIHAPUS BAKALAN DICIVOK KAMBING lu
`Gak Koment??? Ayam Ngambang haha xD
Sekian dan terima es krim ^____________^